Pengertian Trauma dan Cara Melakukan Trauma Healing
![]() |
| Pengertian Trauma dan Metode Trauma Healing | Pixabay |
Topik kesehatan mental sedang jadi sorotan netizen, terutama generasi millennial. Selain masalah kepercayaan diri, belakangan ini banyak netizen yang mengaku trauma terhadap sesuatu, bahkan terhadap hal-hal yang cenderung ‘receh’.
Tidak hanya itu, kalimat trauma bisa dengan mudah meluncur dari mulut seseorang, padahal dia belum pernah melakukan pemeriksaan secara khusus. Misalnya, “Duh saya trauma makan nasi nih, soalnya dulu pernah tersedak nasi sampai mimisan.”
Lantas apa itu trauma, dan bolehkan seseorang menyimpulkan dirinya mengalami trauma tertentu? Yuk kita bahas.
Pengertian Trauma
Trauma merupakan pengalaman atau peristiwa yang menimbulkan rasa sakit atau tekanan emosional yang kuat, hingga mempengaruhi seseorang dalam melihat dunia dan diri mereka sendiri.
Trauma sendiri bisa disebabkan karena banyak faktor, diantaranya:
Kejadian yang membuat seseorang merasa takut, atau khawatir berlebih.
Sering mendapat kekerasan, baik secara fisik maupun verbal.
Kehilangan sesuatu yang sangat dicintai.
Korban bencana alam
Seseorang bisa mengalami trauma akibat peristiwa yang membahayakan, mengancam nyawa, atau jadi pelaku dalam peristiwa tersebut. Misalnya, kamu pernah berada di zona peperangan, sehingga langsung panik saat mendengar bunyi ledakan.
Contoh lain, kamu pernah menabrak seseorang hingga orang tersebut mengalami kondisi yang mengerikan. Akibat dari kejadian tersebut kamu jadi takut mengendarai mobil atau mengoperasikan kendaraan lainnya.
Gejala Trauma
Kebanyakan orang mengira gejala trauma hanya sebatas pada kecemasan atau rasa takut berlebih saat bertemu hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa traumatik. Seperti korban perang langsung panik saat mendengar bunyi ledakan.
Padahal lebih dari itu, trauma bisa dikenali dari beberapa gejala, diantaranya:
Kemarahan, cemas, atau depresi yang berlangsung lama dan sulit dikendalikan.
Saat sendiri sering mengalami pengalaman flashbacks pada peristiwa traumatis, atau mimpi buruk tentang peristiwa tersebut.
Menghindari situasi atau menjadi sangat takut saat melihat dan berinteraksi dengan objek tertentu yang membawa ingatan pada peristiwa traumatis.
Kesulitan untuk membangun hubungan emosional yang dalam, terutama korban kekerasan seksual, bullying, dan lainnya.
Kesulitan untuk tidur atau beristirahat dengan baik, hingga menimbulkan gejala penyakit fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, atau kesulitan bernapas.
Untuk menentukan seseorang mengalami trauma atau tidak dibutuhkan tes yang cukup kompleks. Maka dari itu, jangan melakukan self diagnosis. Segera konsultasi dengan psikolog atau tenaga medis terkait jika kamu mengalami tanda-tanda di atas.
Cara Mengatasi Trauma
Seperti disebutkan di atas, seseorang dapat divonis trauma setelah menjalani proses pemeriksaan kejiwaan yang mendetail. Maka dari itu, pastikan vonis yang kamu dapat berasal dari hasil pemeriksaan profesional.
Untuk mengatasi masalah trauma, psikolog akan melakukan beberapa metode terapi sesuai dengan tingkat keparahannya. Untuk gejala trauma ringan, biasanya sudah bisa ditangani dengan beberapa jenis terapi, yang meliputi:
Terapi bicara, dimana terapis dan pasien trauma akan bercerita tentang pengalaman yang menyebabkan trauma, memproses emosi hingga membangun kemampuan untuk mengatasi situasi sulit di masa depan.
Terapi meditatif dan relaksasi, seperti yoga dan latihan pernapasan, merupakan jenis terapi ringan yang umumnya dijadikan sebagai metode tambahan untuk membantu mempercepat proses trauma healing.
Sementara untuk trauma yang bersifat menengah hingga berat, umumnya bisa diatasi dengan konsumsi obat-obatan tertentu.
Lebih lanjut lagi, jurnal ilmiah menunjukkan jika kombinasi dari berbagai jenis terapi yang disebutkan di atas, seringkali memberikan hasil yang lebih baik ketimbag hanya mengandalkan satu jenis terapi saja, seperti konsumsi obat-obatan.
Selain itu, beberapa penelitian juga membuktikan jika terapi tertentu cukup efektif dalam mengatasi trauma, diantaranya:
Penelitian yang terbit dalam Journal of Anxiety Disorders tahun 2002, menyebut terapi cognitive-behavioral (CBT) sangat efektif dalam mengatasi gejala trauma, seperti kecemasan dan depresi.
Journal of Traumatic Stress (2007), menyebut terapi Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) dapat membantu mengatasi gejala trauma dan mempercepat proses pemulihannya.
Penelitian Behavior Research and Therapy tahun 2008, menyebut terapi perilaku dapat membantu individu untuk mengatasi trauma dan mengatasi perilaku yang berhubungan dengan trauma.
Sebagai catatan, tenaga kesehatan mental yang membantu mengatasi masalah trauma yang kamu alami, umumnya akan mengambil metode pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien (bersifat individu). Semoga bermanfaat.
