Viral Istilah Toxic Leadership. Memang Apa Sih Bahayanya?

Toxic Leadership
Toxic Leadership | Pixabay


Saat ini dunia sosial media sedang dihebohkan dengan istilah toxic leadership. Istilah ini semakin sering muncul dalam percakapan sehari-hari dan di berbagai media sosial, dan umumnya dibahas oleh kebanyakan para pekerja. 

Apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan toxic leadership itu dan mengapa istilah ini begitu viral? Lebih penting lagi, apa bahayanya bagi individu dan organisasi? Mari kita membahasnya secara mendalam.


Mengenali Toxic Leadership

Sesuai dengan namanya, toxic leadership merujuk pada gaya kepemimpinan seseorang yang dianggap merugikan, dan destruktif, yang cenderung menimbulkan kerusakan (fisik maupun mental) dalam lingkungan kerja. 

Hal ini dapat mencakup perilaku yang mengintimidasi, memicu ketidakamanan (seperti penghinaan, pemaksaan), menyalahgunakan kekuasaan, dan bahkan mengarah pada perlakuan diskriminatif terhadap anggota tim atau bawahan.

Ciri-ciri dari seorang pemimpin toksik diantaranya: 

  • Sangat manipulatif, 

  • Cenderung otoriter, 

  • Tidak adil atau pilih kasih,

  • Kurang empati, terutama pada bawahan

  • Lebih mementingkan diri sendiri ketimbang kepentingan kolektif. 

Selain itu, mereka juga cenderung menciptakan atmosfer yang tidak sehat di tempat kerja, di mana kejujuran, kolaborasi, dan produktivitas sulit untuk berkembang.


Bahaya Toxic Leadership

Sesuai dengan pengertian dan ciri-cirinya, jelas perilaku ini sangat berbahaya. Tidak hanya untuk para pekerja atau orang yang berada di sekelilingnya, tapi juga bisa membahayakan perusahaan itu sendiri. Berikut beberapa bahaya toxic leadership. 

  1. Menurunkan Produktivitas

Pemimpin toksik seringkali menciptakan atmosfer yang tidak kondusif untuk produktivitas. Tim yang merasa terancam atau tidak nyaman di lingkungan kerja akan cenderung kurang bersemangat dan tidak memberikan kontribusi optimal.

  1. Menghambat Inovasi dan Kreativitas

Lingkungan yang dipimpin oleh pemimpin toksik cenderung menghambat kreativitas dan inovasi. Bawahan takut untuk berbagi ide atau mengambil risiko karena takut akan hukuman atau penghakiman yang tidak adil.

  1. Mengganggu Kesehatan Mental dan Fisik

Kepemimpinan yang toksik dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik anggota tim. Stres, kecemasan, dan depresi adalah beberapa masalah kesehatan mental yang dapat timbul akibat situasi ini.

  1. Memicu Turnover Tinggi

Kondisi kerja yang tidak sehat dapat mendorong anggota tim mencari kesempatan lain. Hal ini dapat menyebabkan tingginya tingkat pergantian karyawan, yang pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas dan konsistensi dalam organisasi.

  1. Merusak Budaya Organisasi

Pemimpin toksik dapat mengubah budaya organisasi menjadi tidak etis, tidak transparan, dan individualistik. Hal ini bisa mempengaruhi citra dan reputasi organisasi secara keseluruhan.


Mengatasi Bahaya Toxic Leadership

Mengingat dampak bahaya yang ditimbulkannya, sudah tentu toxic leadership harus cepat dideteksi dan di cari jalan keluarnya. Berikut beberapa tips untuk mengatasi bahaya toxic leadership yang terjadi di lingkungan kerja. 

  1. Meningkatkan Kesadaran

Kesadaran akan bahaya toxic leadership merupakan langkah awal yang sangat krusial untuk diketahui. Maka dari itu, segera identifikasi karakteristik pemimpin toksik dan dampak negatif yang ditimbulkannya, kemudian segera cari solusinya.

  1. Pendidikan dan Pelatihan

Melalui pendidikan dan pelatihan, perusahaan bisa membimbing para pemimpin untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang lebih baik, seperti empati, komunikasi yang efektif, dan membangun hubungan yang sehat.

  1. Menerapkan Sistem Umpan Balik yang Jujur

Mendorong budaya umpan balik terbuka di lingkungan perusahaan dapat membantu mengidentifikasi dan memperbaiki perilaku toksik dengan cepat. Kritik konstruktif harus dijadikan sebagai bagian dari proses pengembangan diri.

  1. Penegakan Kebijakan dan Etika

Penting untuk memiliki kebijakan yang jelas dan tegas mengenai etika dan perilaku di tempat kerja. Pastikan pelanggaran terhadap kebijakan ini diatasi secara tegas, bahkan setiap pelanggaran harus diberi sanksi disiplin yang sangat berat.

  1. Promosi Pemimpin yang Sehat

Selain memperbaiki perilaku pemimpin yang toksik, perusahaan juga harus memastikan bahwa pemimpin yang dipromosikan adalah individu dengan integritas, kepemimpinan yang baik, dan komitmen terhadap kesejahteraan tim.

Dengan kata lain, toxic leadership merupakan suatu bentuk kepemimpinan yang merusak dan membahayakan, dengan potensi untuk mengganggu kesehatan dan produktivitas individu serta stabilitas organisasi. 

Penting bagi kita untuk mengidentifikasi tanda-tanda kepemimpinan toksik dan bekerja sama untuk mencegah dan mengatasi dampak negatifnya, demi menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan positif. Semoga bermanfaat.



Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url