Mengenal Silent Treatment. Benarkah Lebih Ramah Bagi Anak?

Mengenal Silent Treatment
Mengenal Silent Treatment | Pixabay

Tiap orang tua punya cara sendiri dalam mendisiplinkan anaknya, salah satunya dengan trik silent treatment. Berbeda dengan cara mendisiplinkan anak lainnya, pola asuh ini dinilai lebih aman dan ramah bagi anak. Benarkah?


Mengenal Silent Treatment

Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., menjelaskan jika silent treatment merupakan salah satu metode mendisiplinkan anak yang dilakukan dengan cara mendiamkan anak dalam jangka waktu tertentu.

Selama proses tersebut, orang tua tidak akan mengajak anak bicara, atau merespons apa yang dilakukannya. Intinya, si anak akan dianggap tidak ada. Tentu ini dilakukan sebagai bentuk hukuman atas kesalahan yang dilakukannya.

Dengan ‘didiamkan’ atau ‘dianggap tidak ada’, diharapkan anak akan menyesali dan merenungi kesalahannya, kemudian bertekad untuk berubah dan berupaya tidak mengulangi kesalahan yang sama. 

Sebagai catatan, selama didiamkan, anak masih mendapat hak-hak dasarnya, seperti makan dan minum, menjaga kebersihan tubuh (mandi dan lainnya), berganti pakaian, tidur sesuai kebutuhan, dan lainnya. 


Silent Treatment Jadi Favorit Orang Tua

Silent treatment jadi salah satu metode mendisiplinkan anak paling populer dan banyak dipilih oleh orang tua. Hal ini berdasarkan beberapa alasan utama, diantaranya: 

  • Anak lebih aman karena tidak akan mendapatkan kekerasan secara fisik (seperti dipukul atau dicubit), dan kekerasan verbal (dimarahi). 

  • Efektivitas silent treatment lebih baik ketimbang metode hukuman lainnya, terutama hukuman yang melibatkan kontak fisik, seperti mencubit.

  • Membuat anak merenungi semua kesalahan yang dilakukannya, kemudian bertekad untuk memperbaiki kesalahannya tersebut.

  • Anak lebih lebih sensitif, mampu membedakan mana yang baik untuknya, dan mana hal yang berpotensi mendatangkan keburukan. 

Dalam kebanyakan kasus, silent treatment banyak dipilih oleh orang tua yang bersifat control freak, narsis, dan selalu ingin semuanya berjalan sesuai dengan keinginannya. Mereka pun cenderung tidak mentolerir kesalahan. 


Dampak Buruk Silent Treatment

Setiap pola asuh punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, termasuk silent treatment yang banyak dikritik karena justru malah berpotensi mengganggu tumbuh kembangnya, terutama bagi anak dibawah usia 10 tahun. 

Berikut beberapa dampak buruk dari silent treatment.

  • Anak akan kehilangan kepercayaan diri, bahkan merasa diabaikan. 

  • Silent treatment termasuk dalam tindak bullying, bahkan masuk dalam kategori pelecehan secara psikologis.

  • Pola pikirnya yang belum berkembang akan membuat anak mengambil kesimpulan salah, dan berpotensi mengulangi kesalahan yang sama.

  • Anak merasa sangat tertekan, bingung dengan apa yang terjadi padanya dan merasa orang tuanya tidak peduli padanya. 

  • Anak bahkan bisa menjadi sangat takut melakukan kesalahan, sehingga mereka cenderung takut mencoba dan berinovasi

Selain itu, di usia ini anak sedang berada di fase dirinya butuh banyak jawaban atas apa yang ditemuinya dalam kehidupan, termasuk saat melakukan kesalahan. Selain itu, saat ini mereka belum memasuki usia ‘perenungan’.


Apa Yang Harus Dilakukan?

Alih-alih memberi silent treatment, hal pertama yang harus dilakukan orang tua adalah, memberi penjelasan tentang kesalahan yang dilakukannya, kemudian beri solusi atau gambaran apa yang harus dilakukannya. 

Bagaimana jika anak terus terjebak dalam kesalahan yang sama? Jangan khawatir, ini merupakan kondisi normal. Sebelum menginjak usia 10 tahun, anak akan cenderung mengulangi kesalahan yang sama. 

Tugas orang tua hanya terus memberitahu apa yang harus dilakukan anak, dan menunjukkan jika yang dilakukan anak merupakan kesalahan yang harus diperbaiki. Semoga bermanfaat!

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url