Mentawai, Kepulauan Dengan Ombak Kelas Dunia Surganya Para Peselancar

Mentawai, nama ini mungkin sudah begitu familiar di telinga pecinta traveling. Ya, Kepulauan Mentawai yang eksotis ini adalah bagian dari provinsi Sumatera Barat. Nama Mentawai memang begitu harum di kalangan peselancar, baik peselancar lokal maupun mancanegara.

Kepulauan Mentawai memiliki alam laut yang begitu mengagumkan sehingga sangat sempurna untuk menjadi tujuan wisata bahari. Sejak awal Mentawai memang sangat tersohor di kalangan para peselancar hingga seluruh dunia.

Ada empat pulau yang menjadi bagian Mentawai yaitu Pulau Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Pulau Siberut merupakan yang terbesar. Aktivitas berselancar sudah menjadi ikon wisata bagi Mentawai, bahkan kompetisi selancar bertaraf internasional pun diselenggaraan di Mentawai. Sedikitnya terdapat 400 titik surfing dengan ombak yang beragam, bahkan beberapa gulungan ombak Mentawai termasuk ekstrim dan paling dicari peselancar mancanegara.

Selain menawarkan ombak yang cocok untuk surfing, Mentawai juga menawarkan aktivitas trekking pedalaman hutan tropis dan interaksi dengan masyarakat adat yang tinggal di dalam pedalaman hutan tersebut. Mentawai sendiri belum terjamah oleh tangan manusia, sentuhan teknologi, dan infrastruktur modern. 

Mentawai, Kepulauan Dengan Ombak Kelas Dunia Surganya Para Peselancar


Saat kamu mengunjungi Mentawai, kamu akan merasakan suasana peradaban kuno, dimana masyarakat tidak mengenal sistem bercocok tanam, pengerjaan logam, dan teknik menenun kain. Sejak lima ratus ribu tahun yang lalu, Kepulauan Mentawai telah ada. Hanya saja, tidak terdapat petunjuk kapan dan siapa orang yang pertama tiba di Mentawai. Sebagian besar masyarakat masih menganut ajaran Animisme, sementara sisanya menganut agama Kristen dan Islam. Satu yang paling identik dari Suku Mentawai adalah penggunaan tato di sekujur tubuh, dimana tato terkait dengan status sosial. Proses pembuatan Tato Mentawai terkenal sangat menyakitkan.

Bagi wisatawan, Kepulauan Mentawai merupakan tujuan wisata yang melibatkan bahari, petualangan, dan budaya. Ada beberapa desa budaya yang dapat dikunjungi, seperti Desa Ugai, Desa Matotonan, dan Desa Madobak. Ketiga desa ini dapat dicapai melalaui jalur sungai dan jalan setapak dengan jarak tempuh 5-6 jam. Di Desa Madobak, anda bisa bermain air di derasnya air Terjun Kulu Kubuk setinggi 70 meter, mengunjungi Danau Rua Oinan di Dusun Saumanganyak yang dikelilingi pohon besar, dan merasakan keseharian masyarakat lokal dengan berpartisipasi dalam upacara tradisional.

Sementara kamu yang gemar berselancar harus mencoba gulungan ombak setinggi 3 meter di Desa Bosua yang sudah terkenal di kalangan peselancar dunia. Bisa juga menjajal gulungan ombak di Pulau Nyang-Nyang, Pulau Karamajat, Pulau Koroniki, Teluk Sibigeu, Teluk Sinakak, dan Awera. Jika kamu menginginkan ombak yang tidak terlalu besar, datanglah ke Pulau Siruso yang lebih cocok untuk tempat rekreasi keluarga atau bisa juga ke Pantai Bulasat yang selalu ramai oleh wisatawan setiap hari libur.

Saat hendak mengunjungi desa wisata, kamu harus ditemani oleh pemandu wisata yang telah memahami seluk-beluk masyarakat dan budaya desa tersebut. Kamu bisa mencari pemandu wisata dari agen perjalanan yang bisa ditemui di Kota Bukittinggi dan Pelabuhan Muara Siberut. Bagi kamu yang hendak berselancar dengan ombak menantang, sebaiknya datanglah pada bulan April hingga Oktober, karena pada waktu tersebut ombak di Mentawai mencapai ketinggian maksimal. Untuk menjangkau titik berselancar, kamu bisa menggunakan kapal motor.

Mengenai akomodasi, kamu bisa tinggal di rumah penduduk setempat di Desa Madobak, Desa Matotonan, dan Desa Ugai. Tidak perlu khawatir, karena mereka sudah terbiasa dengan wisatawan dan sangat bersahabat. Jika kamu yang berkunjung untuk berselancar, kamu bisa menginap di beberapa homestay sederhana di sekitar pantai. Dan jika ingin menginap di penginapan, kamu bisa mengunjungi Aloita Resort & Spa dan Awera Island Surf Camp.

Mengenai akses dan transportasi, kamu harus memulai perjalanan dari Padang dengan menggunakan jalur laut. Ada tiga kapal yang melayani pelayaran Padang-Mentawai yaitu Kapal Motor Ambu-Ambu, Kapal Motor Gambolo, dan Kapal Motor Sumber Rezeki. KM Ambu-ambu berangkat setiap hari Minggu, Selasa, dan Kamis setiap pukul 20.00 WIB. KM Gambolo melayani selama 6 hari, kecuali hari Minggu.

KM Sumber Rezeki berangkat setiap hari Jumat pukul 20.00 WIB. Oh ya, masyarakat Mentawai berbeda dengan masyarakat Indonesia pada umumnya yang gemar memakan nasi. Masyarakat Mentawai biasa memakan sagu dengan lauk berupa ikan dan babi. Mereka juga memakan keripik keladi yang terbuat dari tanaman keladi. Pastikan kamu mencoba makanan-makanan ini ya selama berada di Mentawai.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url